Fosil berusia 300.000 tahun ubah pemahaman mengenai manusia



Temuan fosil terbaru ubah pemahaman manusia terhadap umur keberadaan nenek moyangnya hingga mundur dari pemahaman sebelumnya. Arkeolog yang bekerja di Afrika utara telah menemukan fosil Homo sapiens tertua yang pernah ditemukan. Dua studi terbaru ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature.

Kelima spesimen yang ditemukan, seperti bagian tengkorak dan rahang bawah, berasal dari tiga orang dewasa, satu remaja, dan seorang anak berusia tujuh tahun. Mereka berusia sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Angka tersebut membuat usia mereka 100.000 tahun lebih tua dari fosil tertua yang ditemukan sebelumnya. Alat-alat terbuat dari batu, tulang hewan, dan tanda bekas keberadaan api juga ditemukan di lapisan yang sama.

Kebanyakan fosil Homo sapiens tua ditemukan di area Afrika selatan atau timur, tapi temuan baru ini ditemukan di sebuah situs di Jebel Irhoud, Maroko. Hal ini menjadi penting karena memberi kepercayaan pada gagasan bahwa manusia modern berkembang di seluruh benua tersebut, bukan hanya dalam satu area saja.

Fosil serupa sebenarnya ditemukan di wilayah tersebut selama tahun 1960an, namun saat itu fosil yang ditemukan baru berusia 40.000 tahun.

Pada tahun 1961, seorang kru penambang sedang mengikis dinding batu kapur yang tebal di daerah perbukitan sebelah barat Maroko. Hingga mereka menghantam sebuah lapisan yang lembut.

Permukaan cokelat muda yang mengeras tersebut menguak gundukan tanah berwarna cokelat tua. Ternyata temuan tersebut adalah sepotong tengkorak manusia. Penggalian lebih dalam kemudian mengungkapkan tengkorak yang hampir lengkap.

Setelah itu para peneliti berbondong-bondong datang ke daerah tersebut. Mereka menemukan sisa-sisa manusia lagi, termasuk beberapa potongan tulang rahang dan lengan. Pada saat itu, para ilmuwan memperkirakan fosil tersebut kira-kira berusia 40.000 tahun, beberapa ribu tahun sebelum Neanderthal diperkirakan telah lenyap.

Namun nyatanya mereka belum menggali cukup dalam. Kira-kira 40 tahun kemudian, antropolog Jean-Jacques Hublin dan timnya dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, dan College of France di Paris, menggali setengah lusin lapisan tanah di bawah tanah tempat tulang tengkorak dan tulang lengan ditemukan.

Di sana, tim menemukan kelima spesimen tersebut. Menggunakan teknik pendekatan yang mengukur berapa banyak radiasi yang terbentuk dalam material sejak dipanaskan, Hublin dan timnya mengatakan bahwa tulang purba berasal dari orang-orang yang hidup sekitar 300.000-350.000 tahun yang lalu.

Pada masa itu, situs di Maroko tersebut adalah sebuah gua yang kemungkinan berfungsi sebagai tempat mengolah hasil perburuan, di mana orang-orang menyembelih dan memakan rusa dan mangsa lainnya. Mereka menggunakan api dan peralatan terbuat dari batu dan kemungkinan berburu pada radius sekitar 40 km.

Sebelumnya, fosil tertua yang diketahui dengan jelas dari Homo sapiens berasal dari Ethiopia, berusia sekitar 195.000 tahun.

Temuan ini tidak hanya mengubah garis waktu manusia, namun juga memberi wawasan tentang evolusi masa lalu.

Manusia purba Irhoud memiliki tengkorak yang tampak primitif dan tua, mereka, seperti manusia modern, juga memiliki wajah kecil dan dagu kecil. Giginya serupa dengan gigi manusia masa kini. Hal ini menunjukkan beberapa elemen anatomi kita berkembang lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Kami dulu berpikir bahwa tempat lahir manusia 200 ribu tahun yang lalu di Afrika Timur, namun data baru kami mengungkapkan bahwa Homo sapiens menyebar ke seluruh benua Afrika sekitar 300 ribu tahun yang lalu," tambah Hublin, dalam sebuah pernyataan.

"Jauh sebelum penyebaran Homo sapiens di luar Afrika, terjadi penyebaran di dalam Afrika dahulu."
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar